Jumat, 25 Maret 2011

Teropong Terbalik

Suatu hari seorang anak dan ayahnya sedang berjalan-jalan di Pusat perbelajaan Modern di pusat kawasan bisnis Jakarta. Mereka tampak bahagia melihat-lihat keramaian yang ada di sana, karena hampir semua pusat perbelanjaan di Jakarta memang berlomba-lomba untuk menawarkan pengalaman menarik bagi para pengunjung yang ingin berbelanja. Kemudian, sampailah mereka pada sebuah lift kaca yang berdiri tegak di tengah bangunan besar tersebut. Rupanya, yang ingin naik lift cukup banyak, sehingga terdapat sekelompok orang yang berdiri di depan lift tersebut menunggu giliran naik. Sesaat kemudian pintu lift terbuka, dan tanpa basa-basi seromobongan pengunjung mal tersebut keluar dengan cepat dari lift tanpa menghiraukan sekelompok orang yang sedang berdiri di depan lift. Seketika sekolompok orang tersebutpun terpecah belah karena harus menghindari arus orang yang keluar dari lift tadi. Rupanya anak dan ayah itu pun ikut terpisah. Dengan susah payah sang ayah ikut masuk lift, dan merasa bahwa anaknya pasti sudah ikut masuk ke dalam lift juga, walaupun ketika lift mulai bergerak ia belum melihatnya. Sang penjaga lift kemudian menekan tombol untuk menggerakkan lift ke lantai atas. Tak berapa lama kemudian ia mulai panik, karena anaknya tidak berada di lift. Melalui kaca lift yang besar, ia melihat anaknya berada di bawah di depan pintu lift dengan muka bingung.
“Tolong anak saya tertinggal di bawah..” serunya panik
Penjaga lift memperhatikan tingkah polah Bapak tadi, dan kemudian menyerahkan sebuah teropong kepadanya.
“Ini Pak, coba Bapak pantau anak Bapak pake teropong ini...”
Rupanya sang Bapak menggunakan teropong tersebut secara terbalik, sehingga sang anak terlihat sangat kecil dan jauh
“HEI MI’UUUN, INI BAPAAK.. MI’UUUN! MI’UUUN..!!”  Sang bapak berteriak sekuat-kuatnya..
“Orang-orang dalam lift tersebut mau tidak mau merasa terusik dengan teriakan Bapak tersebut.
“Pak, Bapak terbalik menggunakan teropongnya...”
Bapak tersebut kemudian membalik teropong dan kemudian meletakannya diatas hidungnya. Tentu saja sang anak yang berada di kejauhan tersebut terlihat besar dan dekat. Maka dengan serta merta ia memelankan suaranya, bahkan nyaris berbisik
“Mi’un sstt.. ini Bapak..Mi’un, Mi’un...sstt”
???? ???

Ini rasanya adalah sebuah cerita yang sederhana, namun bukan tidak mungkin kejadian ini adalah analogi dari berbagai kejadian seringkali kita alami. Seringkali kita melakukan hal-hal yang agak-agak kampungan karena kekurangtanggapan kita terhadap berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi disekitar kita. Apakah salah? Tidak juga. Tapi mengingat perubahan dan perkembangan yang terjadi disekitar kita terjadi begitu cepat dan menyeluruh di berbagai bidang, maka tidak ada salahnya bagi kita yang masih tergolong kategori gaptek, untuk mulai merubah kebiasan-kebiasaan lama kita. Sebab jika kita terus menerus memelihara sikap cuek kita kita berbagai perkembangan dan kemajuan jaman, jangan-jangan kejadian Mi’un diatas bisa menimpa kita. Sebaliknya adalah ladang amal bagi kita yang sedikit lebih maju, untuk bisa mengajari rekan-rekan kita yang masih termasuk kategori gaptek. Dan satu hal yang penting, maslah gaptek ini bukan hanya gaptek teknologi, melainkan juga yang lebih penting adalah gaptek moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar